Visi Membutuhkan Pengorbanan

0 Comments

3 Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4  Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannyaitu, 5  tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. (Kejadian 4:3-5).
 
Saya percaya Tuhan punya rencana yang terbaik bagi hidup anda. Tuhan punya impian yang sangat besar dalam diri saudara. Ada visi yang begitu luar biasa yang sudah Tuhan taruh dalam hidup anda. Akan tetapi sementara anda menjalani hidup ini, mungkin anda menemui ada orang-orang yang jauh lebih berhasil dari anda, usaha mereka jauh lebih diberkati dari usaha anda, karier mereka membumbung tinggi, sedangkan karier anda stagnasi di sini, keluarga mereka harmonis sedangkan keluarga anda terus didera oleh badai kehidupan. Anda mungkin bertanya: "Tuhan mengapa hidup ini tidak adil bagi saya?" Saudaraku, apapun yang anda alami hari-hari ini, yakinlah bahwa Ia tetap Bapa yang baik. Ia juga Tuhan yang adil, dan bahkan sangat mengasihi anda. Ia punya rancangan yang sangat istimewa bagi anda. Namun sadarkah anda: Ada harga yang harus dibayar untuk setiap visi yang ingin kita capai. Jika orang lain telah mencapainya, itu berarti mereka telah membayar harganya. Pertanyaannya: Sudahkah kita membayar harga untuk semua yang ingin kita raih? Harga yang dibayar Habel membuat visinya tercapai, sedangkan harga yang dibayar oleh Kain membuat visinya tidak tercapai. Itu sebabnya, bayarlah harga yang layak untuk mencapai visi anda, maka anda akan melihat impian anda menjadi kenyataan.
 
Pemain bulutangkis putri terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini ternyata sudah menyukai permainan bulutangkis sejak duduk di bangku SD.Dukungan orangtuanya membuat ia mantap untuk menjadi atlet bulutangkis. Ia memulai karir bulutangkis di klub milik pamannya, PB Tunas Tasikmalaya. Setelah berlatih selama 7 tahun disana dan memenangkan kejuaraan bulutangkis tingkat junior, pada tahun 1985 ia pindah ke Jakarta. Saat itu ia kelas 2 SMP, namun telah berpikir untuk serius di dunia bulutangkis. Di Jakarta, Susi tinggal di asrama dan bersekolah di sekolah khusus untuk atlet. Pergaulannya terbatas dengan sesama atlet, bahkan pacaran pun dengan atlet pula. Jadwal latihannya pun sangat padat. Enam hari dalam sepekan, Senin - Sabtu dari jam 7 pagi sampai jam 11 siang, lalu disambung lagi jam 3 sore sampai jam 7 malam. Makan, jam tidur, dan pakaian juga ada aturannya tersendiri. Ia tidak diperbolehkan memakai sepatu dengan hak tinggi agar kakinya terhindar dari kemungkinan keseleo. Jalan-jalan ke mal pun hanya bisa dilakukannya pada hari Minggu. Itu pun jarang karena ia sudah terlalu capek latihan. Untuk menjadi juara ia memang harus selalu disiplin dan konsentrasi. Akhirnya ia pun menyadari dalam meraih prestasi memang perlu perjuangan dan pengorbanan. “Kalau mau santai dan senang-senang terus, mana mungkin impian saya untuk jadi juara bulutangkis tercapai? Sekarang rasanya puas banget melihat pengorbanan saya ada hasilnya. Ternyata benar juga kata pepatah: Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” kata Susi mengenang. Pada awal kariernya di tahun 1989, Susi sudah berhasil menjadi juara di Indonesian Open.Selain itu berkat kegigihan dan ketekunannya, Susi berhasil turut serta menyumbangkan gelar Piala Sudirman pada tim Indonesia untuk pertama kalinya dan belum pernah terulang sampai saat ini. Setelah itu ia pun mulai merajai kompetisi bulutangkis wanita dunia dengan menjuarai All England sebanyak empat kali (1990, 1991, 1993, 1994) dan menjadi Juara Dunia pada tahun 1993. Puncak karier Susi bisa dibilang terjadi pada tahun 1992 pada saat ia menjadi juara tunggal putri cabang bulutangkis di Olimpiade Barcelona, 1992. Susi menjadi peraih emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Semuanya adalah hasil dari kerja keras, kedisplinan dan bayar harganya yang tidak murah. Disaat remaja yang lain menikmati kesenangan hidup dimasa remaja mereka, Susi Susanti sudah bergelut dengan jam-jam latihan yang ketat. Itulah sebabnya, ia menuai hasil yang luar biasa yaitu menjadi seorang juara dunia.


You may also like

Tidak ada komentar: